Monday, August 09, 2004

Tulus berteman tanpa kepentingan

"Tolong kasi tau suami anda, saya Irfan tidak pernah sekalipun meminta sesuatu dari Pramono Anung, jadi tolong kasi tau suami anda angkat handphonenya, saya sudah 2 kali telepon dia dan sama sekali dia tidak mau mengangkat. Saya hanya ingin menanyakan kabarnya dan siapa tahu ada yang bisa saya bantu. Kalo memang dia gak mau berteman dengan saya ya sudahlah, tidak apa-apa"

Kemarahan Irfan, Country Manager Cisco System Indonesia ini adalah hal yang wajar karena Irfan memang bermaksud baik untuk menyambung tali silahturahmi antara dia dan teman alumni ITBnya. Namun Pramono Anung yang merupakan Wakil Sekjend DPP PDIP dan salah satu kandidat pemimpin Indonesia masa depan ini berprasangka bahwa Irfan menghubungi dia karena suatu kepentingan.

"Mendengar telepon saya itu, istrinya segera minta maaf dan 2 menit kemudian Anung langsung menghubungi saya, Sekarang Pramono Anung selalu menghubungi saya dan menanyakan bagaimana kabar saya, keadaan Cisco dan apapun mengenai keluarga"

Dalam skala yang berbeda contoh kasus ini mungkin bisa merefleksikan apa yang terjadi dimasa depan saat banyak rekan alumni kita yang menduduki posisi penting dan menjadi paranoid khawatir rekan alumni yang lain akan 'morotin' dirinya.

Dalam contoh yang lebih kecil dan nyata misalnya, saya hanya mengingat alumni yang bekerja sebagai programmer saat saya butuh bantuan untuk mengerjakan tugas kuliah saya yang belum selesai, selebihnya 'forget it'. Atau mengingat alumni yang tinggal di Jakarta, saat saya sedang butuh tebengan di Jakarta selebihnya 'siapa ya?'.

Saat ini saya bukan siapa-siapa dan saya tahu networking adalah hal yang sangat penting. Punya banyak teman dalam berbagai profesi dan jabatan strategis adalah suatu hal yang sangat menentukan masa depan kita kelak. Dan hal inilah salah satu
kekuatan terbesar yang kita punya.

Hanya saya khawatir, saya melupakan suatu hal yang lebih penting dibandingkan punya network. Saya ingin punya teman, yang memandang saya tulus bukan karena sesuatu yang saya miliki. Saya ingin jadi teman yang bisa menanyakan "bagaimana kabar ibumu sekarang" dengan tulus. Saya ingin bisa jadi teman yang mendoakan teman saya agar bisa meraih impiannya dan selalu mendapat ridho dari Sang Khalik. Saya ingin belajar tulus berteman.

Saya teringat Irfan bilang
"Didunia ini ada 2 hal yang penting yaitu keluarga dan teman, kelurga ga' akan meninggalkanmu, bapakmu selamanya adalah bapakmu, ibumu selamanya adalah ibumu. tapi teman tidak, teman bisa datang dan pergi. Dan persahabatan yang tulus lebih
berharga dari apapun"


Catatan:
Dituturkan langsung oleh Irfan Setiaputra dalam obrolan santai selama hampir 3 jam di Hyatt Regency Yogyakarta hingga detik-detik terakhir keberangkatan di Adi Sucipto. Untuk sebuah nasehat pentingnya ketulusan dalam persahabatan. Untuk sebuah
penghormatan akan arti kerja keras. Bersama sahabat saya di UGM, Habib Khodim.

No comments: