Friday, October 08, 2004

man on top

Kalau saya lihat temen-temen yang di militer, kelihatannya jalan hidupnya lurus-lurus aja, minimal pangkat letkol/kolonel pasti dapet, selebihnya tergantung kerja keras. Dan tentunya tidak melupakan skenario dari Yang diatas. Buat saya militer menawarkan kesempatan dan jenjang karir yang lebih jelas, walaupun hal ini dibayar dengan resiko 'nyawa' dan 'belengu' sistem.

Dan juga cukup jelas terlihat peta karir seperti kecabangan Infantri, kesatuan Kostrad/Kopassus, Kodam Brawijaya/Jaya yang merupakan step-step yang lebih memungkinkan karir lebih baik. Walaupun tidak menutup kemungkinan
orang zeni seperti Try Sutrisno untuk stay on top.

Lalu bagaimana dengan sipil? yang saya pernah dengar, sebagian besar top management astra memulai karirnya sebagai account executive/sales, jelas karena core-nya juga trading. Dan untuk perbankan start di marketing merupakan start yang baik untuk menuju top level.

Saya percaya bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur, tapi saya juga melihat banyak skenario di dunia industri yang membuat orang-orang ga berkembang. Misalnya karyawan yang bekerja di line yang rata-rata STM hingga kapanpun dia tidak akan bisa naik pangkat, pun misalnya dia mengambil S1, kecuali dia keluar dulu dan mencoba masuk kembali dengan bekal S1nya

Atau dalam level staf misalnya, staff Produksi, IT, Finance, HR adalah starting point yang kurang baik dibandingkan dengan orang sales/marketing yang profit making, bandingkan dengan orang IT yang cost center.

Saya pernah KP di kantor pusat BRI, waktu itu ada pergantian manager IT, perkiraan saya yang jadi manager IT adalah orang IT yang merangkak dari bawah, tapi ternyata tidak. Yang jadi manager IT justru dari banker dengan pertimbangan di pernah berpengalaman di berbagai kantor cabang sehingga lebih menguasai persoalan dilapangan. brarti orang IT kan stay on ground?

Begini, kalau saya bermimpi jadi man on top, jadi CEO misalnya, sebenarnya jalur manakah yang harus saya ambil, Saya kira latar belakang pendidikan tidaklah terlalu penting dibanding kesungguhan seseorang untuk belajar pada industrinya. Dan jalur karir seperti apakah yang memberi banyak kesempatan bagi kita untuk berkembang?

Catatan:
Pertanyaan ini bisa bubar kalau disanggah dengan, ya udah buka aja bisnis sendiri. Saya ingin mencoba menyelami jalan pikiran orang-orang yang fight dari bawah untuk bisa stay on top dalam management perusahaan raksasa misalnya.

Anjar Priandoyo
~sedang mencoba memahami dunia barunya~

No comments: