Friday, October 29, 2004

Temanku di TNI

Waktu SMP, saya gak punya keinginan sama sekali menjadi tentara, walau yang namanya jaman SMP suka maen pramuka pramukaan mpe ke cibubur segala, ga ada tuh perasaan pengen jadi aparat. Padahal jaman masi ingusan dulu di kampung saya di Cirebon yang namanya pramuka tuh maen tampar-tamparan bahkan tendang-tendangan segala

Segalanya berubah ketika saya masuk TN, saya yang kalo baris biasanya deret2 paling belakang ini mulai mencintai dunia militer. Waktu kelas 1 ngebet banget pengen masuk marinir, entah pertimbangannya apa yang jelas, sepertinya keren sekali kalo diruang bersama cerita-cerita kalo pengen jadi Catar. "Mau jadi apa nanti bang?", " "jadi Catar de" wah bangga sekali rasanya bisa njawab seperti itu.

Kemudian naik kelas 2 mulai menjumpai realita, nilai-nilai pelajaran yang menurut skala di kelas tergolong kaum tertindas semakin memperkuat cita-cita menjadi aparat, wah ntar kalo da jadi letnan dua khan enak, ga perlu blajar yang aneh-aneh lagi. Trus seneng banget bakal punya anak buah, berjuang demi bangsa dsb dkk. Perasaan ini makin besar ketika melihat rekan-rekan calon 'sipil' yang cenderung ga tertib, males
olahraga dll. Jawabnya enteng aja, "lha aset sipil terpenting itu otak pak, kita khan ga perlu olahraga yang berat-berat, kaya catar aja"

Kemudian menginjak kelas tiga, ketika mulai ada 'diskriminasi' yang datangnya dari pihak sekolah, seperti jadwal tertentu untuk berenang dikolam, atau lari ekstra boulevard, maupun yang datangnya dari panggilan hati. "wah minggu-minggu begini harus lari-lari, ini demi masa depan'. Waktu itu semangat yang saya rasakan begitu besar, seakan semua beban berat tidak terasa, lari-lari keliling kampus juga terasa ringan. Walaupun ada sisi jeleknya juga, "eh ini jam 22.00 malem, ayo tidur, catar kan ga boleh cape-cape"

Singkatnya, setelah melewati berbagai seleksi yang melelahkan, bahkan tinggal 1 kali lagi di tingkat pusat. Saya dinyatakan 'under qualification', sedih sekali rasanya waktu itu, Kebetulan saya mengambil di matra polisi. Harapan dan cita-cita bergabung menjadi TNI hilang.

Kemudian saya mulai masuk dunia kuliah, dunia pencerahan, liberal! lepas dari semua sistem yang mengikat. Akhirnya saya menemukan pembenaran diri, saya mencari justifikasi terhadap takdir yang saya terima. Dengan satu kesimpulan: Memang sejak dulu saya ini tidak cocok didunia militer yang keras, saya lebih cocok didunia sipil, dulu di TN pengen jadi militer karena teman main saya, kakak kelas saya, orang-orang terdekat dengan saya memang pingin jadi militer..wajarlah kalo begitu. Dan waktu itu saya sampai pada satu kesimpulan, Alhamdulilah sipil jelas lebih baik dari Militer! sial sekali teman-teman saya yang dulu masuk militer. Pikiran mereka terkungkung

Sampai akhirnya kini...setelah sekian lama berpisah dengan teman2 saya yang kini sudah letnan dua TNI dan bertugas di Kalimantan, Papua, hingga Aceh. Akhirnya saya berjumpa lagi dengan bbrp teman saya, diskusi dengan mereka yang gajinya 'cuman' 700rb + lauk pauk 600rb. Tapi ternyata kesimpulan saya saat kuliah tidak sepenuhnya benar. Saya tetap menjumpai wajah rekan2 saya di militer yang ternyata jauh lebih
ceria dari pada wajah rekan-rekan yang di Sipil, walau tidak dipungkiri ada bbrp yang depresi.

Ketika ditanya bahwa kerja mereka ini merupakan bentuk pengabdian, pada nusa bangsa dan agama, (Mungkin agak sucks dan berlebihan ya). Ketika mereka cerita bagaimana masyarakat didaerah begitu respek dengan kehadirannya. Bisa memberi pengajian bagi warga-warga kampung, bisa berbagi...Saya sangat iri... saya iri dengan teman-teman saya disana...atau saya yang terlalu berempati.

Anjar Priandoyo*)
~entah mengapa, sangat salut dan respek dengan saudara-saudaranya di Militer~

* Penulis alumni TN8 yang sangat bersemangat menjumpai dunia barunya ditengah-tengah kehangatan persaudaran yang selalu dinanti-nantikannya. Meskipun saat ini menjumpai banyak kebimbangan dan keragu-raguan tetapi dia selalu berusaha dan bersemangat untuk bertahan dan terus belajar. Tolong beri sedikit nasihat pada dia agar dia bisa lebih mengenal dirinya, dunianya dan apa yang dihadapinya

No comments: