Monday, July 26, 2004

Selamat jalan bang Uud

Minggu sore 25 Juli 2004, sekitar pukul 17.00 saya dikejutkan dengan telepon dari Kak Rekian TN7 perihal meninggalnya Bang Khoiruddin (Uud) Psikologi UGM 99, karena kecelakaaan lalu lintas didaerah Pangandaran.

Peristiwanya berjalan begitu cepat sehingga sekitar pukul 21.00 kami telah berada dilokasi pemakaman di Temanggung disekitar Pasar Kedu (kurang lebih 60km dari YK) Setelah sebelumnya sempat berpapasan dengan mobil jenazah yang tampaknya kesulitan saat menemukan jalan menuju Temanggung.

Suasana haru dan isak tangis menaungi rumah keluarga Bang Uud, terlebih saat jenazah selesai disholatkan dimasjid terdekat dan akan diberangkatkan menuju lokasi pemakaman terdekat. Prosesi pemakaman berlangsung sederhana dan cepat sekitar pukul 22.00.

Saya teringat ketika beberapa bulan yang lalu saya menghadiri pemakaman Abang Letnan Dua Udara Agus Budiman di Nganjuk bersama rekan Donny PM. Pemakaman bang Uud kali ini berlangsung khidmat, tidak ada genderang snardrum, tidak ada salvo, maupun penghormatan terakhir.

Perasaan yang samapun berkecamuk dalam benak saya, mungkin karena saya memang tidak mengenal jauh Bang Khoiruddin secara pribadi. Tapi rasa kehilangan yang sama, perasaan ikut berduka saat menyaksikan abang alumni TN7 yang melepas kepergian beliau dengan ketermenungan penuh makna, tetap memberikan kesan yang mendalam pada saya bahwa persaudaraan yang dirasakan oleh mereka, tentunya akan sedalam perasaan kita dengan rekan-rekan alumni yang lain.

Saat melangkah meninggalkan lokasi saya teringat bahwa Malaikat akan merapatkan liang lahat kita. Selanjutnya siksa alam kubur akan kita dapatkan hingga kiamat tiba, dan banyak wacana transenden menghantui pikiran saya waktu itu.

Ah, andai penganjur "dialektika materialisme" itu menyadari meski sesuatu yang berasal dari materi akan kembali menjadi materi. Atau apalah yang meniadakan hakikat keTuhanan. Merasakan bagaimana makna kehidupan setelah kematian dimana kita akan diminta pertanggungjawaban masing-masing, bukan hanya sesuatu yang serba material didunia ini. Mungkin dunia ini akan berbeda.

Dalam kebingungan menerjemahkan perasaan ini, rekan saya diYK memberikan nasihat untuk banyak-banyak berdoa saat prosesi pemakaman berlangsung, "Berdoa Njar, InsyaAllah banyak malaikat yang hadir saat itu". Saya bergumam "Apa doa yang bisa saya panjatkan saat itu?"
"Ahh...semoga saya tidak menjadi orang yang sesat karena ilmu yang saya miliki"

1 comment:

Unknown said...

Ikut berduka cita...
cukup banyak cerita sedih spt itu...
emang hrs nya kita lbh introspeksi